POTENSI DESA
Sumber Daya Alam dan Orbitasi
Desa Kedewatan terletak membujur dari arah Utara ke Selatan, yang diapit dua buah sungai yang besar yaitu Sungai Ayung disebelah Barat dan Sungai Wos Kauhan disebelah Timur, dengan luas wilayah 474,62 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan
- Sebelah Selatan Desa Sayan
- Sebelah Barat Sungai Ayung
- Sebelah Timur Sungai Wos
Kedua sisi Sungai tersebut diatas telah memberikan manfaat ekonomi dan kesejahteraan yang cukup besar bagi masyarakat Desa Kedewatan dengan adanya investasi, baik investasi asing maupun lokal, dibidang sarana pariwisata seperti hotel-hotel butik. Dengan berdirinya hotel-hotel tersebut memacu bertumbuh kembangnya usaha-usaha penunjang lainnya seperti Restauran dan Bar, Arung Jeram (Rafting), Transportasi Wisata, dan lain-lainnya. Dengan adanya hotel-hotel dan usaha penunjangnya tersebut, mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar baik tenaga kerja yang berasal dari Desa Kedewatan maupun dari luar Desa bahkan beberapa tenaga kerja asing juga ada terutama yang menempati posisi top management.
Kedua sisi sungai besar yang mengapit Desa Kedewatan menarik minat investor untuk berinvestasi.
Dari aspek fungsi lahan, wilayah Desa Kedewatan terdiri dari :
- Pemukiman seluas 115,34 Ha
- Persawahan 163,40 Ha
- Tegalan/Pertanian tanah kering 138,52 Ha
- Pura 6,68 Ha
- Kuburan 1,26 Ha
- Sekolah dan kantor 1,07 Ha
- Lain-lain 48,35 Ha
Desa Kedewatan tidak memiliki areal hutan tetapi dipinggir kedua sungai tersebut diatas tumbuh tanaman-tanaman yang membentuk hutan-hutan kecil sehingga dapat berfungsi sebagai area konservasi alam dan lahan. Tanah-tanah di Desa Kedewatan cukup subur dan cocok ditanami berbagai jenis tanaman. Secara Geografis, Desa Kedewatan terletak pada 8º36’30” Lintang Selatan dan 115º21’05” Bujur Timur. Seperti halnya desa-desa lainnya di wilayah Kecamatan Ubud, Desa Kedewatan termasuk dataran rendah dengan ketinggian 250 meter dari permukaan laut dan beriklim tropis, dimana sepanjang tahun mendapatkan curah hujan yang cukup besar.
Untuk tahun 2022, di Desa Kedewatan mendapatkan curah hujan sebanyak 2.352 ml atau rata-rata sebanyak 196 ml setiap bulan, sedangkan sepanjang tahun 2022 mendapatkan curah hujan sebanyak 2.882 ml, atau rata-rata 240 ml setiap bulan. Hampir setiap tahun, curah hujan yang besar terjadi sekitar bulan Oktober sampai April.
Desa Kedewatan merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Jarak dari kantor desa Kedewatan dengan kota kecamatan hanya sejauh 5 Km dengan waktu tempuh sekitar 20 menit pulang pergi, dan pusat pemerintahan kabupaten berjarak 16 Km dengan waktu tempuh 20 – 30 menit. Sedangkan dengan pusat pemerintahan propinsi berjarak 27 Km dengan waktu tempuh selama 40 – 45 menit.
Wilayah Desa Kedewatan terdiri dari 6 ( Enam ) Wilayah Banjar Dinas yakni:
- Banjar Dinas Tanggayuda
- Banjar Dinas Bunutan
- Banjar Dinas Kedewatan
- Banjar Dinas Kedewatan Anyar
- Banjar Dinas Lungsiakan
- Banjar Dinas Payogan
Dari aspek keagamaan dan adat, Desa Kedewatan terdiri atas 5 ( Lima ) Desa Pakraman yakni :
- Desa Pakraman Tanggayuda
- Desa Pakraman Bunutan
- Desa Pakraman Kedewatan
- Desa Pakraman Lungsiakan
- Desa Pakraman Payogan
Hampir setiap banjar dinas berperan dan berfungsi selaku desa pakraman, hanya Banjar Dinas Kedewatan Anyar saja yang tidak berdiri sendiri namun merupakan bagian dari Desa Pakraman Kedewatan. Masing-masing Desa Pakraman tersebut selain ngemong ( melaksanakan hak dan kewajiban ) pura-pura kahyangan tiga, juga ngemong pura-pura lainnya seperti Dang Kahyangan, Pura Pucak, Pura Melanting, Pura Tegal Suci, Pura Taman Sari dan Pura-Pura Subak. Masing-masing wangsa dan kawitan juga ngemong Pura Merajan dan Dadya yang cukup besar-besar dengan melibatkan warga yang banyak pula. Dari 5 Desa Pakraman tersebut terdapat 18 Kahyangan Desa ( 15 Kahyangan Tiga dan 3 Kahyangan lain), 9 Dang Kahyangan, 13 Pura Dadya dan 7 Swagina.
Dengan gambaran tersebut, dapat diinformasikan bahwa di Desa Kedewatan masyarakatnya sangat sarat dengan kehidupan religius dimana pelaksanaan aktifitas keagamaan dan adatnya cukup padat sepanjang tahun.
Meskipun terdiri atas banyak Desa Pakraman, keharmonisan antar warga harus tetap terjaga dan di upayakan agar bisa menyatukan visi dan langkah, bersama-sama menciptakan situasi kekerabatan yang kondusif. Aktualisasi untuk meningkatkan rasa persatuan, kekeluargaan dan kekerabatan tersebut terimplementasikan melalui pemelastian bersama setiap tahun menjelang pelaksanaan Hari Raya Nyepi, melalui pembentukan Pecalang Desa Kedewatan dan melalui gotong royong (ngayah) ke Desa-Desa Pakraman lainnya yang ada di Wilayah Desa Kedewatan setiap ada upacara-upacara terutama yang tergolong upacara besar.
Dari aspek kewilayahan pertanian, Desa Kedewatan terdiri dari 5 (Lima) wilayah subak yakni:
- Wilayah Subak Malung
- Wilayah Subak Kibul Bebek
- Wilayah Subak Pacekan Kedewatan
- Wilayah Subak Pacekan Kalangan
- Wilayah Subak Lungsiakan.
Sumber Daya Buatan
Seperti halnya wilayah lainnya di Indonesia, Desa Kedewatan yang beriklim tropis, yang mengenal adanya dua musim yaitu musim kemarau dan hujan sangat cocok bagi sektor pertanian, perkebunan dan peternakan. Hasil panen pertanian dan perkebunan, selain untuk dikonsumsi dan menambah penghasilan keluarga, juga dapat menunjang bagi keberlangsungan dan keberhasilan peternakan. Hasil-hasil pertanian dan perkebunan dapat diolah menjadi bahan baku pakan ternak.
Sektor pertanian terutama pertanian lahan basah masih merupakan tumpuan masyarakat Desa Kedewatan, terutama bagi penduduk usia tua dan penduduk putus sekolah. Pola tanam yang diterapkan pada lahan pertanian basah adalah padi – padi – palawija, tetapi umumnya masyarakat lebih sering dan lebih suka menanam padi. Tanaman palawija disesuaikan dengan musim dan kebutuhan.
Pertanian lahan kering yang masuk pada sub sektor perkebunan dan holtikultura berada ditegalan dan pekarangan rumah umumnya menghasilkan kopi, vanili, cengkeh, kelapa, pisang, durian, mangga, rambutan dan buah-buahan lokal lainnya serta bunga-bungaan yang dipakai untuk memenuhi keperluan upacara agama. Produk sayur-sayuran dipergunakan selain untuk konsumsi sendiri sebagai sumber gizi keluarga juga sebagai komuditas perdagangan untuk menambah penghasilan keluarga. Tanaman pertanian yang banyak dibudidayakan oleh penduduk diantaranya:
- Pohon pisang 6.532 pohon
- Kelapa 4.605 pohon
- Kopi 2.385 pohon
- Cengkeh 1.275 pohon
- Rambutan 949 pohon
Dari 1.553 Kepala Keluarga yang ada di Desa Kedewatan, sebanyak 613 KK, masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Lahan persawahan di Desa Kedewatan seluas 163,4 Ha dari luas wilayah Desa. Namun seiring dengan berjalannya waktu, fungsi lahan yang ada di Desa Kedewatan terus mengalami perubahan dan ada kecenderungan lahan pertanian dan perkebunan ini luasnya semakin menyusut seiring dengan semakin banyaknya pembangunan-pembangunan fisik terutama sarana pariwisata berupa hotel-hotel, restauran, tempat usaha serta pembangunan rumah tempat tinggal.
Sub sektor perikanan di Desa Kedewatan belum diminati karena pengetahuan untuk mengelola dan mengolah tambak belum memadai. Warga tidak berani mencoba. untuk merubah lahan pertaniannya menjadi tambak ikan. Yang ada hanyalah kolam-kolam kecil untuk pemeliharaan ikan dan kolam ikan sebatas untuk menyalurkan hobi memancing yang dijadikan atraksi lomba.
Sektor peternakan di Desa Kedewatan mengalami pasang surut, terutama peternakan ayam ras yang berskala besar, karena adanya fluktuasi harga dan merebaknya penyakit ternak. Selama periode dua tahun terakhir ini, karena tingginya tingkat konsumsi ayam potong dengan adanya hotel-hotel dan warung makan, sebagian kebutuhan konsumsi ayam didatangkan dari luar desa. Produktifitas peternakan ayam potong yang ada di Desa Kedewatan tidak mampu mensuplai permintaan yang tinggi tersebut.
Kelompok Peternak Ayam Potong yang tergabung dalam wadah “Yudha Pertiwi” akhir-akhir ini telah mendapatkan pembinaan secara berkala dari Kantor Peternakan Kecamatan Ubud dan Kabupaten Gianyar. Didalam mengikuti lomba, kelompok peternak Yudha Pertiwi maju ke tingkat propinsi mewakili Kabupaten Gianyar.
Peternakan babi dan sapi berjalan cukup baik dan menjadi alternatif untuk menambah penghasilan warga disaat situasi perekonomian sedang surut meskipun gejolak harga sering menjadi kendala bagi peternak. Ternak itik juga menjadi pilihan alternatif bagi penduduk untuk dibudidayakan karena selalu dibutuhkan oleh masyarakat seiring dengan padatnya upacara-upacara di Desa Kedewatan yang selalu membutuhkan itik untuk daging suci.
Sub sektor industri kecil dan kerajinan di Desa Kedewatan mengalami kelesuan akibat melemahnya sektor pariwisata, apalagi produk industri kecil dan kerajinan ini konsumennya sebagian besar para wisatawan. Produk-produk industri kecil dan kerajinan ini pada umumnya berupa “batik tulis bali” dan lukisan. Batik tulis bali dijadikan bad cover, sprei, sarung bantal, korden dan bahan pakaian. Batik tulis bali yang dihasilkan oleh pengrajin di Desa Kedewatan memiliki kwalitas yang lebih baik dari kwalitas batik yang dijual dipasaran, karena selalu mengacu pada persyaratan kwalitas ekspor. Pengrajin batik bali yang tergabung dalam kelompok “Batik Mawar Kedewatan” beberapa kali memperoleh kunjungan dari pejabat pusat dan daerah serta dari berbagai kalangan diantaranya dari Menteri Pendidikan, Ketua Tim Penggerak PKK Propinsi Bali, Dinas Perindagkop Kabupaten Gianyar, dan dari daerah-daerah lain serta dipakai sebagai tempat pelatihan oleh Dinas Perindagkop Pemerintah Kabupaten Gianyar. Mantan pengrajin batik dari Banjar Kedewatan yang bernama I Ketut Mudita dan Ni Wayan Jumu adalah sebagai perintis kerajinan batik tulis bali. Yang bersangkutan pernah memperoleh penghargaan sebagai “Pemuda Pelopor” bidang industri kerajinan dari Menteri Perindustrian RI.
Dibidang seni budaya, Desa Kedewatan sejak dulu memiliki seniman-seniman tari dan tabuh yang berbakat. Hal ini telah terbukti dimana kelompok kesenian Desa Kedewatan bergabung dengan kelompok kesenian Desa Peliatan pernah melaksanakan muhibah kebudayaan pada jaman penjajahan Belanda, tepatnya tahun 1935, dengan pementasan keseniannya di kota Paris, Prancis. Seniman Desa Kedewatan yang berangkat ketika itu diantaranya ; I Nyoman Runia, I Made Liang, Anak Agung Rai Kores dan beberapa orang lagi sebagai seniman tabuh, sedangkan seniman tarinya adalah Ni Putu Megati, Ni Made Tunjung, Ni Ketut Adir dan beberapa orang lagi. Bahkan foto-foto mereka banyak terpajang dalam buku-buku asing yang mengulas tentang kebudayaan. Seniman tari generasi berikutnya dapat kami sebutkan seperti Ni Wayan Sadru (alm.) sebagai seniwati arja, I Made Suwana sebagai seniman arja dan topeng dan perintis drama gong serta pernah menerima penghargaan seni Wija Kusuma. Untuk generasi mudanya dikenal Pelukis yang cukup ternama yaitu I Made Jirna, yang namanya telah cukup dikenal oleh para kurator seni baik nasional maupun mancanegara.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting bagi warga Desa Kedewatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalamnya ada sebagai karyawan tetap, karyawan kontrak, tenaga harian dan musiman di hotel-hotel dan restauran, baik yang ada di wilayah Desa Kedewatan maupun diluar desa.
Juga sebagai pekerja di perusahaan-perusahaan arung jeram, mengelola toko-toko souvenir, sopir-sopir dan guide berlisensi dan yang tidak berlisensi, pengrajin batik bali dan lukisan serta souvenir lainnya serta termasuk tenaga buruh pada proyek-proyek hotel dan jasa pariwisata lainnya. Dari data statistik yang dapat kami kumpulkan, sebanyak 809 jiwa penduduk berprofesi sebagai karyawan swasta dan sekitar 80 % diantaranya bekerja langsung disektor pariwisata. Jadi dengan lesunya kepariwisataan Bali, perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga menjadi menurun.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Kedewatan tidak terlepas dari situasi kepariwisataan Bali khususnya dan Indonesia umumnya. Pada aspek ini Pemerintahan Desa Kedewatan lebih menitikberatkan pada penciptaan suasana dan situasi yang kondusif dimasyarakat agar tidak terjadi goncangan-goncangan sosial dimana hal tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan investor untuk menjalankan investasinya di Desa Kedewatan serta berpengaruh terhadap minat investor baru untuk berinvestasi.
Sebagai penunjang sendi-sendi perekonomian, dan berfungsi memperkuat fundamen ekonomi masyarakat, di Desa Kedewatan telah ada 5 LPD, 1 Bank Umum, 1 Koperasi Unit Desa (KUD), 6 Koperasi Banjar dan beberapa koperasi karyawan yang ada dimasing-masing unit usaha (hotel, museum dan lain-lain), 1 koperasi yang dikelola para guru, 1 Koperasi perkumpulan warga, 2 Credit Union (CU). Pada tahun 2021 Pemerintahan Desa Kedewatan mendirikan BUMDesa yang menyediakan simpan pinjam yang bertujuan untuk membantu masyarakat memberikan pinjaman dengan suku bunga yang rendah yaitu tidak lebih dari 1 %.
Sumber Daya Manusia
Penduduk atau warga masyarakat desa Kedewatan merupakan salah satu sumber daya atau modal untuk menggerakkan pembangunan di Desa Kedewatan. Namun jika kwantitas dan kwalitas dari sumber daya manusia ini tidak dikelola dan diarahkan secara baik akan dapat menjadi beban sekaligus penghambat pembangunan. Pengendalian kuantitas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Desa Kedewatan telah dilaksanakan secara mandiri maupun melalui pola pembinaan untuk menciptakan kondisi masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
Untuk mengetahui perkembangan penduduk di Desa Kedewatan, telah dilaksanakan pendataan penduduk secara rutin setiap tahun dimana selama dua tahun berturut-turut, tahun 2021 dan 2022, diperoleh data jumlah penduduk sebesar 6.860 jiwa dan 6.886 jiwa. Terjadi penambahan penduduk sebanyak 26 orang dalam 1 tahun terakhir. Dari pendataan tersebut diketahui jumlah penduduk yang diklasifikasi berdasarkan umur. Dimana untuk penduduk usia wajib belajar sebanyak 1.430 jiwa dari jumlah penduduk pada tahun 2021 dan menjadi 1.431 jiwa pada tahun 2022. Penduduk usia produktif, yaitu 15 – 56 tahun, sebanyak 4.191 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2021 dan 4.205 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2022. Jumlah penduduk non produktif, yaitu usia dibawah 15 tahun dan diatas 56 tahun, diperoleh sebesar 2669 jiwa pada tahun 2021 dan 2681 pada tahun 2022.
Penduduk berdasarkan jender, tahun 2022 terdapat 3.314 orang laki-laki dan 3.305 orang perempuan. Sedangkan tahun 2021, diketahui 3.325 orang laki-laki dan 3.317 orang perempuan. Dari jumlah penduduk Desa Kedewatan tersebut terbagi menjadi 1.668 Kepala Keluarga pada tahun 2022 dan 1.670 Kepala Keluarga pada tahun 2021.
Angka kepadatan penduduk di Desa Kedewatan adalah 1.676 jiwa per km² pada tahun 2022 dan 1.670 jiwa per km² pada tahun 2021.
Penduduk sebagai salah satu sumberdaya merupakan modal dasar dalam pembangunan bila dapat dikelola secara optimal. Namun jumlah penduduk yang besar yang melebihi daya dukung lingkungan dan tidak disertai dengan peningkatan kualitas akan dapat mengganggu fungsi lingkungan atau ekosistem. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2021 dan 2022, jumlah penduduk desa kedewatan menunjukkan kenaikan dengan prosentase sedang sehingga perlu penanganansecara serius agar tidak terjadi kerawanan di tingkat Desa Khususnya di Bidang Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan lain-lain.
Sumber daya manusia di Desa Kedewatan sangat potensial bila dilihat dari sudut pandang tingkat pendidikan sebagai modal dasar pembangunan..
Sumber daya sarana dan prasarana.
Interaksi antar sumberdaya di atas Kelembagaan dan Sarana, Prasarana bersifat kausalitas.
Sumber alam diolah dimamfaatkan dan di atur penggunaannya oleh manusia melalui kreatifitasnya masi ng-masing menghasilkan sumberdaya buatan yang memiliki nilai lebih.
Sumber daya buatan tersebut sesungguhnya menjadi landasan dan cikal bakal tipologi sebuah komunitas di tingkat Desa.
Output sinergitas kausalitas sumberdaya alam, buatan, dan manusia terekfresi secara nyata dalam berbagai jenis kegiatan prasarana dan sarana atau infrastruktur fisik dan non fisik.. infrastruktur fisik dan non fisik tersebut merupakan sumberdaya yang dimamfaatkan manusia yang selalu diupayakan pemamfaatannya secara lestari dalam kerangka pembangunan desa yang berkelanjutan.
Bagikan artikel ini:
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin